#BPBD Tetapkan Status
Darurat
Preh-Solusi - Bencana kekeringan
akibat kemarau di Kabupaten Aceh Tamiang dilaporkan terus meluas. Dari
sebelumnya (awal Maret 2016) hanya enam kampong (desa) yang kesulitan mendapat
air bersih, kini bertambah hingga menjadi delapan kampong di Kecamatan Bandar
Pusaka dan Tamiang Hulu yang mengalami kekeringan “Dampak bencana
kekeringan ini dirasakan oleh 4.000 keluarga atau 19 ribu jiwa, warga delapan
kampong yang mengalami kekeringan,” kata Kepala BPBD Aceh Tamiang, Syamsul
Bahri, Kamis (31/3).
Syamsul mengatakan,
Pemkab Aceh Tamiang telah menetapkan status darurat kabupaten atas kondisi ini.
Pihak BPBD pun setiap hari mengerahkan tujuh mobil tanki untuk mendistribusikan
air bersih kepada warga. “Bupati Aceh Tamiang juga sudah melakukan peninjauan
ke kampong-kampong yang dilanda krisis air,” katanya.
Meski demikian, masih
ada warga yang tidak mendapat suplai air untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus
(MCK). Seperti pengakuan Sarfina, warga Kampong Alue Selebu. “Kami terpaksa
menggunakan air di alur yang tidak mengalir, dengan kondisi air berwarna hitam
dan bau, karena tidak ada sumber air lain,” ujarnya.
Datok Penghulu Kampong
(kepala desa) Alue Selebu, Muhammad Isnaini menambahkan, kekeringan yang
berdampak pada krisis air bersih ini sudah dirasakan warga sejak tiga bulan
lalu. “Sudah tiga bulan warga harus menempuh jarak sekitar 5 Km ke Sungai Pulau
Tiga untuk mandi dan mencuci pakaian,” ujarnya.
Akibat terpaksa
menggunakan air kotor untuk mandi dan memncuci pakaian, sebagian warga terutama
anak-anak mulai terserang penyakit kulit berupa gatal-gatal.
Warga Kampong Tanjung
Genting, Suriana, mengatakan cucunya yang berumur dua tahun kini menderita
gatal-gatal, dan di tubuhnya terdapat bercak berwarna merah. “Karena digaruk,
kulit tubuhnya kini mengalami luka dan bernanah pada bagian tangan dan wajah.
Sehingga ia menangis setiap hari,” kata Suriana.
Menurutnya, penyakit ini
muncul seiring krisis air yang terjadi. Sehingga terpaksa menggunakan air kotor
di drainase sekitar lahan perkebunan sawit di kampong mereka. Karena seluruh
sumur di rumah-rumah warga mengalami kekeringan.
Sumber:aceh.tribunnews.com